nasib pembunuh husain bin ali
Berikutkeutamaan membaca surat Al-Kahfi pada hari Jumat. Surat ini merupakan surat Makkiyah atau surat yang diturunkan pada periode Makkah. Al-Kahfi merupakan surat ke-18 dalam Al-Quran yang
Sedangkanmuawiyyah bin abi sufyan mengakui kesenioran ali tetapi ia terang-terangan menolak membai'at ali dengan alas an ali harus terlebih dahulu menyerahkan pembunuh usman untuk diqishas. Langkah muawiyyah ini (penolakan terhadap ali) di ikuti oleh semua penjabat yang diangkat pada masa usman kemudian diberhentikan oleh ali.
Sungguhsial nasib sang sahabat ini. atas terjadinya tragedi Karbala, Irak, yang mengakibatkan syahidnya salah satu cucu kesayangan Nabi SAW, Husain bin Ali bin Abi Thalib. Juga seorang Abu Abbas As-Saffah, pendiri Daulah Abbasiyah, yang sangat mendendam dan dengan seenak perutnya menjagal puluhan anggota keluarga Umayyah sambil makan malam
Dan yang menjadi pangkal kekacauan itu adalah Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan Amr bin Ash. Kemudian, ketiga orang Khawarij itu mengenang korban-korban kawan mereka sesama Muslim yang mati ketika berperang antara kubur Ali dengan Muawiyah. Menurut mereka, tak ada gunanya hidup padahal orang-orang yang mati itu adalah orang
Alibin Husain (658-713) (علي بن حسين زين العابدين) adalah imam ke-4 dalam tradisi Syi'ah. Ia anak dari Husain bin Ali dan cicit dari Muhammad. Ia dikenal oleh Syi'ah dengan julukan Zainal Abidin karena kemuliaan pribadi dan ketakwaannya dan as-Sajjad sebagai tanda. "orang yang terus melakukan sujud dalam ibadahnya".
Frau Sucht Reichen Mann Im Internet. Allah SWT memberikan balasan setimpal para pembunuh Husain di dunia. Karbala JAKARTA— Sejarah mencatat bahwa Allah SWT menghukum semua yang terlibat dalam pembunuhan Al Husain. Di tanah Karbala, Irak, cucu kesayangan Nabi ﷺ ini terbunuh bersama sebagian besar pemuda Ahlul Bait. Dikutip dari buku Hasan dan Husain the Untold Story karya Sayyid Hasan al-Husaini, Az-Zuhri menuturkan "Semua orang yang terlibat dalam pembunuhan al-Husain mendapat hukuman Allah di dunia ini. Di antara mereka ada yang mati dibunuh, ada yang ditimpa kebutaan, ada yang kulit wajahnya menghitam, dan ada pula yang kehilangan kekuasaan dalam waktu singkat." Lihat Ash-Shawaiq al-Muhriqah. Abu Raja al-Aththaradi menuturkan Janganlah kalian mencela keluarga yang tinggal di tempat ini, maksudnya Ahlul Bait Nabi ﷺ. Dahulu, kami punya tetangga dari Balhajim, Kufah. Suatu hari ia berkata "Bagaimana pendapat kalian tentang si fasik bin fasik yang dilaknat Allah ini?" Si fasik yang dimaksudnya adalah al-Husain. Seketika itu juga, Allah melemparkan noktah putih dari langit ke matanya sehingga ia buta saat itu juga. Sungguh aku menyaksikan peristiwa itu dengan mata kepala sendiri. Lihat Asy-Syariah. Atha bin Muslim meriwayatkan dari Ibnus Suddi bahwa ayahnya, Suddi, bercerita Dahulu kami, para budak, biasa menjajakan tekstil di perkampungan Karbala. Suatu hari, kami bertemu dengan seorang laki-laki yang terlibat dalam pembunuhan al- Husain. Laki-laki itu berkata, "Wahai penduduk Kufah, kalian memang pendusta! Kalian bilang bahwa semua orang yang terlibat dalam pembunuhan al-Husain telah dimatikan Allah dalam kondisi suul khatimah, atau terbunuh secara keji. Buktinya, aku masih hidup, padahal aku berada di tempat kematiannya ketika itu. Bahkan, kini aku mempunyai harta yang paling banyak." Baca juga 4 Sumber Ketenangan di Dunia yang Disebutkan Alquran Mendengar itu, kami pun segera menyudahi makan. Ketika itu lentera masih menyala. Pria itu kemudian beranjak untuk mematikan lentera tersebut. Ia berusaha mengeluarkan sumbu lampu dengan jari tangannya, tapi tiba-tiba api menyambar jarinya. Ia berusaha memadamkan api tersebut dengan meniupnya, tetapi ketika jari itu didekatkan ke mulut api justru menyambar janggutnya. Ia pun berlari ke kolam lalu menceburkan diri ke dalamnya, tetapi kulihat api itu tetap menyala di dalam air dan membakar tubuhnya sampai hangus seperti arang.” Lihat Tarikh Dimasyq karya Ibnu Asakir. Sanad riwayat ini daif. Ada banyak riwayat yang mengisahkan hukuman Allah terhadap..
"Ben Ali acabou de morrer na Arábia Saudita", disse o advogado Mounir Ben Salha à Reuters por telefone. Desde que foi exilado, Ben Ali nunca mais apareceu em público. A queda de Ben Ali levou a uma transição democrática em seu país natal que começou em 2011. Na época, o ex-chefe de segurança já mandava na Tunísia há 23 anos - depois de assumir o poder de Habib Bourguiba, presidente vitalício que havia sido declarado incapaz de governar por motivos de saúde. Na foto, de 1986, Habib Bourguiba de óculos escuros cumprimenta seu então primeiro-ministro Ben Ali, em Túnis, capital da Tunísia. — Foto AFP No cargo, Ben Ali tentou reprimir qualquer forma de dissidência política. Ele também abriu a economia, em uma política que levou a um crescimento rápido, mas também alimentou desigualdades e acusações de corrupção, inclusive entre seus próprios parentes. Durante essa época, sua fotografia era exibida em todas as lojas, escolas e escritórios do governo, desde os balneários da costa do Mediterrâneo até as vilas empobrecidas e cidades mineiras do interior montanhoso da Tunísia. Nas poucas ocasiões em que seu governo foi posto em votação, ele enfrentava apenas oposição nominal e vencia a reeleição com mais de 99% dos votos. Carreira Na foto, de 1988, Ben Ali posa para uma foto oficial com a bandeira da Tunísia. — Foto AFP A ascensão de Ben Ali começou no exército, depois que Bourguiba conquistou a independência da Tunísia da França em 1956. Ele era chefe de segurança militar desde 1964 e de segurança nacional desde 1977. Depois de três anos como embaixador na Polônia, ele foi chamado de volta ao seu antigo emprego de segurança em 1984 para reprimir tumultos sobre os preços do pão. Então um general, foi nomeado ministro do Interior em 1986 e primeiro-ministro em 1987. Levou menos de três semanas para consegur uma nova promoção para um cargo mais alto reuniu uma equipe de médicos para declarar Bourguiba senil. Ele assumiu então, de forma automática, o cargo de chefe de Estado. Sua primeira década como presidente incluiu uma grande reestruturação econômica - apoiada pelo Fundo Monetário Internacional e pelo Banco Mundial - e uma taxa de crescimento anual pouco acima de 4% ao ano. Estado de polícia Posicionada entre a Líbia de Muammar Kadhafi e uma Argélia lançada em guerra civil entre o governo apoiado pelo exército e militantes islâmicos, a Tunísia de Ben Ali seguiu o caminho pós-independência do secularismo e abertura para o exterior. Mas, do lado de dentro, críticos diziam que a Tunísia era um Estado policial, onde poucos ousavam desafiar um governo todo-poderoso. Em um país onde muitos já haviam experimentado a vida sob a democracia em outros lugares, o Estado opressivo de Ben Ali foi motivo de desgaste. Enquanto a elite acumulava riqueza em suas vilas extravagantes à beira-mar, os primeiros anos de promessas populistas de Ben Ali pouco rendiam aos pobres. O estilo de vida luxuoso de sua esposa, Leila Trabelsi, e de seus parentes ricos passou a simbolizar a corrupção de uma época. Levante Homem observa homenagem durante a celebração do segundo aniversário da revolução tunisiana em foto de janeiro de 2013 — Foto Anis Mili/Reuters Nas províncias, nas cidades mineradoras do sul e nas aldeias rurais sem água corrente, a raiva crescia, levando a um pequeno movimento de protesto em 2008 - às vezes chamado "a pequena revolução". Para Ben Ali, o fim repentino chegou quando um vendedor desesperado de vegetais ateou fogo em si mesmo na cidade de Sidi Bouzi, em dezembro de 2010, depois que a polícia confiscou seu carrinho de mão. Milhares de pessoas furiosas compareceram ao funeral dele, provocando semanas de protestos ainda maiores em que vários morreram. Em meados de janeiro de 2011, Ben Ali embarcou em um avião para a Arábia Saudita. Mais tarde, no mesmo ano, um tribunal tunisiano o sentenciou, à revelia, a 35 anos de prisão. Transição para a democracia Eleitores contam votos em Túnis após eleições presidenciais na Tunísia — Foto Muhammad Hamed/Reuters Hoje, oito anos após o levante, as condições de vida ainda são difíceis em algumas áreas, com o desemprego maior do que em 2010 e os serviços públicos parecendo ter se deteriorado. Os tunisianos frequentemente reclamam que os padrões de vida caíram desde a revolução e falam da vida sob Ben Ali como mais confortável do ponto de vista material. Mas poucos falam com nostalgia de seu estilo de governo, ou dizem que querem o fim da democracia.
Siapakah Pembunuh Husein Radhiyallahu anhuhiyallahu anhu?من هو القاتل الحقيقي للحسين رضي الله عنه؟Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam beserta keluarga dan seluruh sahabatnya. SYIAH KUFAH PEMBUNUH AL-HUSEIN Rhadhiyallahu anhuSeorang tokoh Islam yang terkenal di Pakistan, Maulana Ali Ahmad Abbasi menulis di dalam bukunya "Hazrat Mu'aawiah Ki Siasi Zindagi" bahwa di dalam sejarah Islam, ada dua orang yang sungguh kontroversial. Seorang daripadanya Amirul Mukminin Yazid yang makin lama makin dimusnahkan imejnya walaupun semasa hayatnya beliau diterima baik oleh tokoh-tokoh utama di zaman itu. Seorang lagi ialah Mansor Al Hallaj. Di zamannya dia telah dihukum sebagai mulhid, zindiq dan salah seorang daripada golongan qaramithah oleh masyarakat Islam yang membawanya disalib. Amirul Mukminin Al Muqtadir billah telah menghukumkan beliau murtad berdasarkan fatwa sekalian ulama dan fuqaha' yang hidup pada waktu itu, tetapi imejnya semakin cerah tahun demi tahun sehingga akhirnya telah dianggap sebagai salah seorang ' aulia illah'.Bagaimanapun semua ini adalah permainan khayalan dan fantasi manusia yang jauh daripada berpijak di bumi yang nyata. Semua ini adalah akibat daripada tidak menghargai dan memberikan penilaian yang sewajarnya kepada pendapat orang-orang pada zaman mereka tokoh-tokoh dari kalangan sahabat dan tabi'in yang sezaman dengan Yazid berdasarkan riwayat-riwayat yang muktabar dan sangat kuat kedudukannya menjelaskan kepada kita bahwa Yazid adalah seorang anak muda yang bertaqwa, alim, budiman, saleh dan pemimpin ummah yang sah dan disepakati kepemimpinannya. Baladzuri umpamanya dalam "Ansabu Al Asyraf" mengatakan bahwa, "Bila Yazid dilantik menjadi khalifah maka Abdullah bin Abbas, seorang tokoh dari Ahlul Bait berkata "Sesungguhnya anaknya Yazid adalah daripada keluarga yang saleh. Oleh itu tetaplah kamu berada di tempat-tempat duduk kamu dan berilah ketaatan dan bai'ah kamu kepadanya" Ansabu Al Asyraf, jilid 4, 4.Sejarawan Baladzuri adalah di antara ahli sejarah yang setia kepada para Khulafa' Abbasiah. Beliau telah mengemukakan kata-kata Ibnu Abbas ini di hadapan mereka dan menyebutkan pula sebelum nama Yazid ' Amirul Mukminin'.Abdullah Ibn Umar yang dianggap sebagai orang tua di kalangan sahabat pada masa itu pula bersikap tegas terhadap orang-orang yang menyokong pemberontakan yang dipimpin oleh Ibn Zubair terhadap kerajaan Yazid dan sikap yang begini disebut di dalam Sahih Bukhari bahwa, bila penduduk Madinah membatalkan bai'ah mereka terhadap Yazid bin Muawiyah maka Ibn Umar radhiyallahu anhumengumpulkan anak pinak dan sanak saudaranya lalu berkata, " Saya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Akan dipacakkan bendera untuk setiap orang yang curang membatalkan bai'ahnya pada hari kiamat.”Sesungguhnya kita telah berbai'ah kepadanya dengan nama AllahShubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya. Sesungguhnya saya tidak mengetahui kecurangan yang lebih besar daripada kita berbai'ah kepada seseorang dengan nama Allah Shubhanahu wa ta’alladan Rasul -Nya, kemudian kita bangkit pula memeranginya. Kalau saya tahu siapa daripada kamu membatalkan bai'ah kepadanya dan turut serta di dalam pemberontakan ini, maka terputuslah perhubungan di antaraku dengannya". Sahih Bukhari -Kitabu Al Fitan.Sebenarnya jika dikaji sejarah permulaan Islam kita dapati pembunuhan Sayyidina Husain di zaman pemerintahan Yazidlah yang merupakan fakta terpenting mendorong segala fitnah dan keaiban yang dikaitkan dengan Yazid tidak mudah ditolak oleh generasi kemudian. Hakikat inilah yang mendorong lebih banyak cerita-cerita palsu tentang Yazid diada-adakan oleh musuh-musuh Islam. Tentu sekali orang yang membunuh menantu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang tersayang-dibelai oleh RasulullahShallallahu alaihi wa sallam dengan penuh kasih sayang semasa hayatnya kemudian disebutkanpula dengan kelebihan dan keutamaan-keutamaannya di dalam hadis-hadits Baginda- tidak akan dipandang sebagai seorang yang berperi kemanusiaan apalagi untuk mengatakannya seorang soleh, budiman, bertaqwa dan pemimpin umat itulah cerita-cerita seperti Yazid sering kali minum arak, seorang yang suka berfoya-foya, suka mendengar muzik dan menghabiskan waktu dengan penari-penari, begitu juga beliau adalah orang terlalu rendah jiwanya sehingga suka bermain dengan monyet dan kera, terlalu mudah diterima oleh umat Islam soalnya, benarkah Yazid membunuh Sayyidina Husain? Atau benarkah Yazid memerintahkan supaya Sayyidina Husain dibunuh di Karbala?Selagi tidak dapat ditentukan siapakah pembunuh Sayyidina Husain yang sebenarnya dan terus diucapkan ' Yazidlah pembunuhnya' tanpa diselidik yang mendalam dan teliti, maka selama itulah nama Yazid akan terus tercemar dan dia akan dipandang sebagai manusia yang paling malang. Tetapi bagaimana jika yang membunuh Sayyidina Husain itu bukan Yazid? Kemanakah pula akan kita bawakan segala tuduhan-tuduhan liar, fitnah dan caci maki yang selama ini telah kita sandarkan pada Yazid itu ?Jika kita seorang yang cinta akan keadilan, berlapang dada, sudah tentu kita akan berusaha untuk membincangkan segala keburukan yang dihubungkan kepada Yazid selama ini dan kita pindahkan ke halaman rumah pembunuh- pembunuh Sayyidina Husain yang sebenarnya. Apalagi jika kita seorang Ahlus Sunnah Wal Jamaah, sudah tentu dengan adanya bukti-bukti yang kuat dan kukuh daripada sumber-sumber rujukan muktabar dan berdasarkan prinsip-prinsip aqidah yang diterima di kalangan Ahlus Sunnah, kita akan terdorong untuk membersihkan Yazid daripada segala tuduhan dan meletakkannya ditempat yang istimewa dan selayak dengannya di dalam rentetan sejarah awal marilah kita pergi ke tengah-tengah medan penyelidikan tentang pembunuhan Sayyidina Husain di Karbala bersama-sama dengan beberapa ahli keluarganya. PEMBUNUH SAYYIDINA HUSAIN ADALAH SYIAH KUFAHTerlebih dahulu kita akan menyatakan dakwaan kita secara terus terang dan terbuka bahwa pembunuh Sayyidina Husain radhiyallahu anhuyang sebenarnya bukanlah Yazid tetapi adalah golongan Syiah ini berdasarkan beberapa fakta dan bukti-bukti daripada sumber-sumber rujukan sejarah yang muktabar. Kita akan membagi-bagikan bukti-bukti yang akan dikemukakan nanti kepada dua bagian 1. Bukti-bukti utama2. Bukti-bukti sokongan BUKTI-BUKTI UTAMADengan adanya bukti-bukti utama ini, tiada mahkamah yang bertugas untuk mencari kebenaran dan mendapatkan keadilan akan memutuskan Yazid sebagai tersangka dan sebagai oknum yang bertanggungjawab di dalam pembunuhan Sayyidina Husainradhiyallahu anhu. Bahkan Yazid akan dilepaskan dengan penuh penghormatan dan akan terbongkarlah rahasia yang selama ini menutupi pembunuh-pembunuh Sayyidina Husainradhiyallahu anhu yang sebenarnya di pertamanya ialah pengakuan Syiah Kufah sendiri bahwa merekalah yang membunuh Sayyidina Husain. Golongan Syiah Kufah yang mengaku telah membunuh Sayyidina Husain itu kemudian muncul sebagai golongan "At Tawwaabun" yang konon menyesali tindakan mereka membunuh Sayyidina Husain. Sebagai cara bertaubat, mereka telah saling membunuh antar sesama mereka seperti yang pernah dilakukan oleh orang-orang Yahudi sebagai pernyataan taubatnya kepada Allah Shubhanahu wa ta’alakarena kesalahan mereka menyembah anak lembu sepeninggalan Nabi Musa alaihissalamke Thur mata darah yang dicurahkan oleh golongan "At Tawaabun" itu masih kelihatan dengan jelas pada lembaran sejarah dan tetap tidak hilang walaupun coba dihapuskan oleh mereka dengan beribu-ribu Syiah pembunuh-pembunuh Sayyidina Husain ini diabadikan oleh ulama-ulama Syiah yang merupakan tonggak dalam agama mereka seperti Baaqir Majlisi, Nurullah Syustri dan lain-lain di dalam buku mereka masing-masing. Baaqir Majlisi menulis "Sekumpulan orang-orang Kufah terkejut oleh satu suara ghaib. Maka berkatalah mereka, "Demi Tuhan! Apa yang telah kita lakukan ini tak pernah dilakukan oleh orang lain. Kita telah membunuh "Ketua Pemuda Ahli Syurga" karena Ibn Ziad gubernur Irak saat terjadi tragedi pembunuhan tersebut anak haram itu. Di sini mereka mengadakan janji setia di antara sesama mereka untuk memberontak terhadap Ibn Ziad tetapi tidak berguna apa-apa". Jilaau Al'Uyun, 430Qadhi Nurullah Syustri menulis pula di dalam bukunya Majalisu Al'Mu'minin bahwa selepas sekian lama lebih kurang 4 atau 5 tahun Sayyidina Husain terbunuh, ketua orang-orang Syiah mengumpulkan orang-orang Syiah dan berkata, "Kita telah memanggil Sayyidina Husain dengan memberikan janji akan taat setia kepadanya, kemudian kita berlaku curang dengan membunuhnya. Kesalahan kita sebesar ini tidak akan diampunkan kecuali kita saling membunuh". Dengan itu berkumpullah sekian banyak orang-orang Syiah di tepi Sungai Furat sambil mereka membaca ayat yang bermaksud, "Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang telah menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu ". Al Baqarah 54. Kemudian mereka saling bunuh diantara mereka. Inilah golongan yang dikenali dalam sejarah Islam dengan gelaran "At Tawaabun".Sejarah tidak melupakan dan tidak akan melupakan peranan Syits bin Rab'ie di dalam pembunuhan Sayyidina Husain di Karbala. Tahukah anda siapa itu Syits bin Rab'ie? Dia adalah seorang fanatik syiah, pernah menjadi duta kepada Sayyidina Ali di dalam peperangan Siffin, senantiasa bersama Sayyidina Husain. Dialah juga yang menjemput Sayyidina Husain ke Kufah untuk mencetuskan pemberontakan terhadap kerajaan pimpinan Yazid, tetapi apakah yang telah dilakukan olehnya?Sejarah memaparkan bahwa dialah yang mengepalai 4,000 orang bala tentera untuk menentang Sayyidina Husain dan dialah orang yang mula-mula turun dari kudanya untuk memenggal kepala Sayyidina Husain. Jilaau Al'Uyun dan Khulashatu Al Mashaaib, 37Masih adakah orang yang ragu-ragu tentang Syiahnya Syits bin Rab'ie dan tidakkah orang yang menceritakan perkara ini ialah Mulla Baaqir Majlisi, seorang tokoh Syiah terkenal ? Secara tidak langsung ia bermakna pengakuan daripada pihak Syiah sendiri tentang pembunuhan pula kepada Qais bin Asy'ats ipar Sayyidina Husain yang tidak diragukan lagi tentang Syiahnya tetapi apa kata sejarah tentangnya? Bukankah sejarah menbeberkan kepada kita bahwa itulah orang yang merampas selimut Sayyidina Husain dari tubuhnya setelah selesai pertempuran ? Khulashatu Al Mashaaib, 192.Selain daripada pengakuan mereka sendiri yang membuktikan merekalah sebenarnya pembunuh-pembunuh Sayyidina Husain, kenyataan saksi-saksi yang turut serta di dalam rombongan Sayyidina Husain sebagai saksi-saksi hidup di Karbala yang terus hidup selepas peristiwa ini juga membenarkan dakwaan ini termasuk kenyataan Sayyidina Husain sendiri yang sempat ukirkan kisahnya oleh sejarah sebelum beliau terbunuh. Sayyidina Husain berkata dengan menujukan kata-katanya kepada orang-orang Syiah Kufah yang siap sedia bertempur dengan beliau"Wahai orang-orang Kufah! Semoga kamu dilaknat sebagaimana dilaknat maksud-maksud jahatmu. Wahai orang-orang yang curang, zalim dan pengkhianat! Kamu telah menjemput kami untuk membela kamu di waktu kesempitan, tetapi bila kami datang untuk memimpin dan membela kamu dengan menaruh kepercayaan kepadamu maka sekarang kamu hunuskan pedang dendammu kepada kami dan kamu membantu musuh-musuh di dalam menentang kami ". Jilaau Al' Uyun, ms 391. Beliau juga berkata kepada Syiah "Binasalah kamu! Bagaimana boleh kamu menghunuskan perang dendammu dari sarung-sarungnya tanpa sebuah permusuhan dan perselisihan yang ada di antara kamu dengan kami? Kenapakah kamu siap sedia untuk membunuh Ahlul Bait tanpa suatu sebab? " Ibid.Akhirnya beliau mendoakan keburukan untuk golongan Syiah yang sedang berhadapan untuk bertempur dengan beliau "Ya Allah! Tahanlah keberkatan bumi dari mereka dan sengsarakanlah mereka. Jadikanlah hati-hati pemerintah terus membenci mereka karena mereka menjemput kami dengan maksud membela kami tetapi sekarang mereka menghunuskan pedang dendam terhadap kami ". Ibid Beliau juga dikisahkan telah mendoakan keburukan untuk mereka dengan kata-katanya "Binasalah kamu! Tuhan akan membalaskan bagi kelompokku di dunia dan di akhirat……..Kamu akan menghukum diri kamu sendiri dengan memukul pedang-pedang di atas tubuhmu dan mukamu akan menumpahkan darah kamu sendiri. Kamu tidak akan mendapat keberuntungan di dunia dan kamu tidak akan sampai kepada hajatmu. Apabila mati nanti sudah tersedia azab Tuhan untukmu di akhirat. Kamu akan menerima azab yang akan diterima oleh orang-orang kafir yang paling dahsyat kekufurannya". Mulla Baqir Majlisi-Jilaau Al'Uyun, 409.Dari kata-kata Sayyidina Husain yang dipaparkan oleh sejarawan Syiah sendiri, Mulla Baqir Majlisi, dapat disimpulkan bahawa Di’ayah yang disebarkan oleh musuh-musuh Islam menjadi saksi sejarah bahwa pembunuhan Ahlul Bait di Karbala merupakan balas dendam dari Bani Umayyah terhadap Ahlul Bait yang telah membunuh pemimpin-pemimpin Bani Umayyah yang kafir di dalam peperangan Badar, Uhud, Siffin dan lain-lain tidak lebih daripada propaganda kosong semata-mata karena pembunuh-pembunuh Sayyidina Husain dan Ahlul Bait di Karbala bukannya datang dari Syam, bukan juga dari kalangan Bani Umayyah tetapi dari kalangan Syiah Syiah yang sentiasa diburu dan dihukum oleh kerajaan-kerajaan Islam di sepanjang sejarah membuktikan termakbulnya doa Sayyidina Husain di medan Karbala terhadap menyiksa tubuh dengan memukulinya dengan rantai, pisau dan pedang pada 10 Muharram dalam bentuk perkabungan yang dilakukan oleh golongan Syiah itu sehingga mengalir darah juga merupakan bukti diterimanya doa Sayyidina Husain dan upacara ini dengan jelas dapat dilihat hingga sekarang di dalam masyarakat di kalangan Ahlus Sunnah tidak pernah ada upacara ritual semacam ini dan dengan itu jelas menunjukkan bahwa merekalah golongan yang bertanggungjawab membunuh Sayyidina kejam dan kerasnya hati golongan ini dapat dilihat pada tindakan mereka menyembelih dan membunuh Sayyidina Husain bersama dengan sekian banyak ahli keluarganya walaupun setelah mendengar ucapan dan doa keburukan untuk mereka yang dipinta oleh beliau. Itulah dia golongan yang buta mata hatinya dan telah hilang kewarasan pemikirannya karena setelah mereka selesai membunuh, mereka melepaskan kuda Zuljanah yang ditunggangi Sayyidina Husain sambil memukul-mukul tubuh mereka sendiri untuk menyatakan penyesalan. Dan inilah dia upacara perkabungan pertama terhadap kematian Sayyidina Husain yang pernah dilakukan di atas muka bumi ini sejauh pengetahuan sejarah. Dan hari ini bukankah anak cucu golongan ini meneruskan upacara perkabungan ini setiap kali tibanya 10 Muharram?Ali Zainal Abidin anak Sayyidina Husain yang turut serta di dalam rombongan ke Kufah dan terus hidup selepas berlakunya peristiwa itu pula berkata kepada orang-orang Kufah lelaki dan perempuan yang meratap dengan menyobek-nyobek baju mereka sambil menangis, dalam keadaan sakit beliau dengan suara yang lemah berkata kepada mereka, "Mereka ini menangisi kami. Tidakkah tidak ada orang lain yang membunuh kami selain mereka?" At Thabarsi-Al Ihtijaj, 156.Pada halaman berikutnya Thabarsi menukilkan kata-kata Imam Ali Zainal Abidin kepada orang-orang Kufah. Kata beliau, "Wahai manusia orang-orang Kufah! Dengan Nama Allah Shubhanahu wa ta’alaaku bersumpah untuk bertanya pada kamu, ceritakanlah! Tidakkah kamu sadar bahwasanya kamu mengutuskan surat kepada ayahku menjemputnya datang, kemudian kamu menipunya? Bukankah kamu telah memberikan perjanjian taat setia mu kepadanya? Kemudian kamu membunuhnya, membiarkannya dihina. Celakalah kamu karena amalan buruk yang telah kamu dahulukan untuk dirimu".Sayyidatina Zainab, saudara perempuan Sayyidina Husain yang terus hidup selepas peristiwa itu juga mendoakan keburukan untuk golongan Syiah Kufah. Katanya, "Wahai orang-orang Kufah yang khianat, penipu! Kenapa kamu menangisi kami sedangkan air mata kami belum lagi kering karena kezalimanmu itu. Keluhan kami belum lagi terputus oleh kekejamanmu. Keadaan kamu tidak ubah seperti perempuan yang memintal benang kemudian diuraikannya kembali. Kamu juga telah mengoyak ikatan iman dan telah berbalik kepada kekufuran...Adakah kamu meratapi kami padahal kamu sendirilah yang membunuh kami. Sekarang kamu pula menangisi kami. Demi Allah! Kamu akan banyak menangis dan sedikit ketawa. Kamu telah membeli keaiban dan kehinaan untuk kamu. Kumpulan kehinaan ini sama sekali tidak akan hilang walau dibasuh dengan air apapun". Jilaau Al ' Uyun, ms 424.Doa anak Sayyidatina Fatimah ini tetap menjadi kenyataan dan berlaku di kalangan Syiah hingga ke hari Kulthum anak Sayyidatina Fatimah pula berkata kepada kaum kuffah sambil menangis, "Wahai orang-orang Kufah! Buruklah hendaknya keadaanmu, buruklah rupamu, kenapa kamu menjemput saudaraku Husain kemudian tidak membantunya bahkan membunuhnya, merampas harta bendanya dan menawan orang-orang perempuan dari kelompok nya. Laknat Allah Shubhanahu wa ta’alaatas kalian dan semoga kutukan –Nya segera menimpamu".Beliau juga berkata, " Wahai orang-orang Kufah! Orang-orang lelaki dari kalangan kamu membunuh kami sementara orang-orang perempuan pula menangisi kami. Tuhan akan memutuskan di antara kami dan kamu di hari kiamat nanti". Ibid, ms 426-428Sementara Fatimah anak perempuan Sayyidina Husain pula berkata, " Kamu telah membunuh kami dan merampas harta benda kami kemudian telah membunuh datukku Ali Sayyidina Ali. Sentiasa darah-darah kami menitis dari hujung-hujung pedangmu……Tak lama lagi kamu akan menerima balasannya. Binasalah kamu! Tunggulah nanti azab dan kutukan Allah Shubhanahu wa ta’alaakan terus-terusan menimpa kamu. Siksaan dari langit akan memusnahkan kamu akibat perbuatan terkutukmu. Kamu akan memukul tubuhmu dengan pedang-pedang di dunia ini dan di akhirat nanti kamu akan terkepung dengan azab yang pedih ".Apa yang dikatakan oleh Sayyidatina Fatimah bt. Husain ini dapat dilihat dengan mata kepala kita sendiri di mana-mana Syiah bukti utama yang telah kita kemukakan tadi, sebenarnya sudah mencukupi untuk kita memutuskan siapakah sebenarnya pembunuh Sayyidina Husain di Karbala. Daripada keterangan dalam kedua bukti yang lalu dapat kita simpulkan beberapa perkara 1. Orang-orang yang menjemput Sayyidina Husain ke Kufah untuk memberontak adalah Orang-orang yang tampil untuk bertempur dengan rombongan Sayyidina Husain di Karbala itu juga Sayyidina Husain dan orang-orang yang ikut serta di dalam rombongannya terdiri dari saudara-saudara perempuannya dan anak-anaknya menyaksikan bahwa Syiahlah yang telah membunuh Golongan Syiah Kufah sendiri mengakui merekalah yang membunuh nyajuga menyatakan penyesalan mereka dengan meratap dan berkabung karena kematian orang-orang yang dibunuh oleh di dunia ini menerima keempat perkara tersebut diatas sebagai bukti yang kukuh dan jelas menunjukkan siapakah pembunuh sebenarnya di dalam sebuah kasus pembunuhan, yaitu bila pembunuh dan yang terbunuh berada di suatu tempat, ada orang menyaksikan pembunuhan itu dilakukan. Orang yang terbunuh sendiri menyaksikan tentang pembunuhnya dan puncaknya ialah pengakuan pembunuh itu sendiri. Jika keempat-empat perkara ini sudah terbukti dengan jelas dan diterima oleh semua mahkamah sebagai kasus pembunuhan yang cukup bukti-buktinya, maka bagaimana mungkin diragukan lagi tentang pembunuh-pembunuh Sayyidina Husain itu? BUKTI-BUKTI PENDUKUNGWalaubagaimanapun kita akan mengemukakan lagi beberapa bukti pendukung supaya lebih meyakinkan kita tentang golongan Syiah itulah sebenarnya pembunuh Sayyidina Husain. Di antaranya ialah Tidak sukar untuk kita terima mereka sebagai pembunuh Sayyidina Husain apabila kita melihat kepada sikap mereka yang biadap terhadap Sayyidina Ali dan Sayyidina Hasan sebelum itu. Begitu juga sikap mereka yang biadap terhadap orang-orang yang dianggap oleh mereka sebagai Imam selepas Sayyidina Husain. Bahkan terdapat banyak pula bukti yang menunjukkan merekalah yang bertanggungjawab terhadap pembunuhan beberapa orang Imam walaupun mereka menuduh orang lain sebagai pembunuh Imam-imam itu dengan menyebar luaskan propaganda- propaganda mereka terhadap tertuduh itu. Di antara Kebiadaban mereka terhadap Sayyidina Ali ialah mereka menuduh Sayyidina Ali berdusta dan mereka pernah mengancam untuk membunuh Sayyidina Ali. Bahkan Ibnu Muljim yang kemudiannya membunuh Sayyidina Ali itu juga mendapat latihan serta didikan untuk menentang Sayyidina Utsman di Mesir dan berpura-pura mengasihi Sayyidina Ali. Dia pernah berjanji sebagai pengawal Sayyidina Ali selama beberapa tahun di Madinah dan dalam Jilaau Al' Uyun disebutkan bahawa Abdul Rahman Ibn Muljim adalah salah seorang daripada kumpulan yang terhormat yang telah dikirimkan oleh Muhammad bin Abu Bakr dari Mesir. Dia juga telah berbai'ah dengan memegang tangan Sayyidina Ali dan dia juga berkata kepada Sayyidina Hasan, " Bahwa aku telah berjanji dengan Tuhan untuk membunuh bapamu dan sekarang aku menunaikannya. Sekarang wahai Hasan jika engkau mau membunuhku, bunuhlah. Tetapi kalau engkau maafkan aku, aku akan pergi membunuh Muawiyah pula supaya engkau terselamat daripada kejahatannya". Jilaau Al ﷻ'yun, ms 218 Tetapi setelah golongan Syiah pada ketika itu merasakan rencana mereka semua akan gagal apabila perjanjian damai di antara pihak Sayyidina Ali dan Muawiyah disetujui, maka golongan Syiah yang merupakan musuh-musuh Islam yang menyamar atas nama Islam itu memikirkan diri mereka tidak selamat apabila perdamaian antara Sayyidina Ali dan Muawiyah berlaku. Maka golongan mereka telah mengasingkan diri daripada mengikuti Sayyidina Ali dan mereka menjadi golongan Khawarij sementara golongan yang lain tetap berada bersama Sayyidina Ali. Perpecahan yang berlaku ini sebanarnya satu taktik mereka untuk mempergunakan Sayyidina Ali demi kepentingan mereka yang jahat itu dan untuk berlindung di balik beliau dari hukuman dikarena kan pembunuhan mereka terhadap Khalifah Utsman. Sayyidina Hasan pula pernah ditikam pahanya oleh golongan Syiah hingga tembus kemudian mereka menunjukkan pula kebiadabannya terhadap Sayyidina Hasan dengan merampas harta bendanya dan menarik kain sajadah yang diduduki oleh Sayyidina Hasan. Ini semua tidak lain karena Sayyidina Hasan telah bersedia untuk berdamai dengan pihak Sayyidina Muawiyah. Bahkan bukan hanya itu saja mereka telah menuduh Sayyidina Hasan sebagai orang yang menghinakan orang-orang Islam dan sebagai orang yang mencoreng muka orang-orang Mukmin. Kebiadaban Syiah dan kebusukan hatinya ditujukan juga kepada Imam Jaafar As Shadiq bila seorang Syiah yang sangat setia kepada Imam Jaafar As Shadiq yaitu Rabi' menangkap Imam Jaafar As Shadiq dan membawanya kehadapan Khalifah Al-Mansur supaya dibunuh. Rabi' telah memerintahkan anaknya yang paling keras hati supaya menyeret Imam Jaafar As Shadiq dengan kudanya. Ini tersebut di dalam kitab Jilaau Al ' Uyun karangan Mulla Baqir Majlisi. Di dalam kitab yang sama pengarangnya juga menyebutkan kisah pembunuhan Ali Ar Ridha yaitu Imam yang ke delapan dari pihak Syiah, bahwa beliau telah dibunuh oleh Sabih Dailamy, seorang fanatik Syiah dengan perintah Al Makmun. Bagaimanapun diceritakan bahawa selepas dibunuh itu Imam Ar Ridha dengan mukjizatnya terus hidup kembali dan tidak ada bekas sabetan pedang di tubuhnya. Bagaimanapun Syiah telah menyempurnakan tugasnya untuk membunuh Imam Ar Ridha. Oleh karena itu tidaklah heran golongan yang sampai begini biadabya terhadap Imam-imam boleh membunuh Sayyidina Husain tanpa belas kasihan di medan jadi kita akan mengatakan bagaimana mungkin pengikut-pengikut setia Imam-imam ini yang dikenali dengan 'syiah' boleh bertindak kejam pula terhadap Imam-imamnya? Tidakkah mereka sanggup mempertahankan nyawa demi mempertahankan Iman-imam mereka? Secara ringkas bolehlah kita katakan bahawa 'perasaan keheranan' yang seperti ini mungkin timbul dari dalam fikiran Syiah, yang tidak mengetahui latar belakang terbentuknya aliran Syiah itu sendiri. Mereka hanya menerima secara membabi buta perilaku orang-orang terdahulu. Adapun orang-orang yang mengadakan sesuatu faham dengan tujuan-tujuan tertentu dan masih hidup ketika ajaran dan aliran itu bermula, tentu saja mereka sedar maksud dan tujuan mereka mengadakan ajaran tersebut. Pada lahirnya mereka menunjukkan taat setia dan kasih sayang kepada Imam-imam itu, tetapi pada hakikatnya adalah sebaliknya. Di antara bukti yang menunjukkan tidak ada peranan Yazid dalam pembunuhan Sayyidina Husain di Karbala, bahkan golongan Syiahlah yang bertanggungjawab membunuh beliau bersama dengan orang-orang yang ikut serta di dalam rombongan itu, ialah adanya hubungan yang eratdi antara Bani Hasyim dan Bani Umayyah, selepas berlakunya peperangan Siffin dan juga selepas berlakunya peristiwa pembunuhan Sayyidina Husain di Karbala. Tidak mungkin orang-orang yang berakhlak muliaseperti kalangan Ahlul Bait akan menjalin hubungandengan orang-orang yang diketahui oleh mereka sebagai pembunuh-pembunuh atau orang-orang yang bertanggungjawab di dalam membunuh ayah, datuk atau saudara mereka Sayyidina Husain. Hubungan ini selain daripada menunjukkan pemerintah-pemerintah dari kalangan Bani Muawiyah dan Yazid sebagai orang yang tidak bersalah di dalam pembunuhan ini, ia juga menunjukkan mereka adalah golongan yang bersikap baik kepada Ahlul Bait dan sentiasa menjalin ikatan kasih sayang di antara mereka dan Ahlul Bait. Di antara contoh hubungan persemendaan ini ialah1. Anak perempuan Sayyidina Ali sendiri bernama Ramlah telah menikah dengan anak Marwan bin Al-Hakam yang bernama Muawiyah yaitu saudara kepada Amirul Mukminin Abdul Malik bin Marwan. Ibn Hazm-Jamharatu Al Ansab, 802. Seorang lagi anak perempuan Sayyidina Ali menikah dengan Amirul Mukminin Abdul Malik sendiri yaitu khalifah yang ke empat dari kerajaan Bani Umaiyah. Al Bidayah Wa An Nihayah, jilid 9 693. Seorang lagi anak perempuan Sayyidina Ali yaitu Khadijah menikah dengan anak gubernur 'Amir bin Kuraiz dari Bani Umaiyah bernama Abdul Rahman. Jamharatu An Ansab, 68. ' Amir bin Kuraiz adalah gubernur bagi pihak Muawiyah di Basrah dan dalam peperangan Jamal dia berada di pihak lawan Sayyidina Sayyidina Hasan pula bukan seorang dua yang telah menikah dengan pemimpin-pemimpin kerajaan Bani Umaiyah bahkan sejarah telah mencatatkan 6 orang daripada cucu. beliau telah menikah dengan mereka yaitu 1. Nafisah binti Zaid bin Hasan menikah dengan Amirul Mukminin Al Walid bin Abdul Malik bin Zainab binti Hasan Al Mutsanna bin Hasan bin Ali juga telah menikah dengan Khalifah Al Walid bin Abdul Malik. Zainab ini adalah di antara orang yang turut serta di dalam rombongan Sayyidina Husain ke Kufah dan dia adalah salah seorang yang menyaksikan peristiwa pembunuhan Sayyidina Husain di Karbala dengan mata kepalanya Ummu Qasim binti Hasan Al Mutsanna bin Hasan bin Ali menikah dengan cucu Sayyidina Uthman yaitu Marwan bin Aban. Ummu Qasim ini selepas kematian suaminya Marwan menikah pula dengan Ali Zainal Abidin bin Al Cucu perempuan Sayyidina Hasan yang keempat telah menikah dengan anak Marwan bin Al-Hakam yaitu Cucu Sayyidina Hasan yang kelima bernama Hammaadah binti Hasan Al Mutsanna menikah dengan anak saudara Amirul Mukminin Marwan bin Al Hakam yaitu Ismail bin Abdul Cucu Sayyidina Hasan yang keenam bernama Khadijah binti Husain bin Hasan bin Ali juga pernah menikah dengan Ismail bin Abdul Malik yang tersebut tadi sebelum sepupunya diingat bahawa mereka semua yang tersebut meninggalkan kalangan anak cucu Sayyidina Husain pula yang telah menjalin pernikahan dengan individu-individu dari keluarga Bani Umaiyah, antaranya ialah 1. Anak perempuan Sayyidina Husain yang terkenal bernama Sakinah. Selepas beberapa lama terbunuh suaminya Mus'ab bin Zubair, beliau telah menikah dengan cucu Amirul Mukminin Marwan yaitu Al Asbagh bin Abdul Aziz bin Marwan. Asbagh ini adalah saudara Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz sedangkan isteri Asbagh yang kedua ialah anak dari Amirul Mukminin Yazid yaitu Ummu Yazid. Jamharatu Al -Ansab2. Sakinah anak Sayyidina Husain yang tersebut tadi pernah juga menikah dengan cucu Sayyidina Uthman yang bernama Zaid bin Amar bin anak cucu dari saudara-saudara Sayyidina Husain yaitu Abbas bin Ali dan lain-lain juga telah menjalin perhubungan baik dengan keluarga Umaiyah. Di antaranya yang boleh disebutkan ialah Cucu perempuan dari saudara Sayyidina Husain yaitu Abbas bin Ali bernama Nafisah binti Ubaidillah bin Abbas bin Ali menikah dengan cucu Amirul
JAKARTA – Perang Thaf dengan dua pasukan yang tak berimbang di Karbala berujung pada kematian cucu Rasulullah ﷺ, Al Husain. Tragedi pada tahun 61 Hijriyah itu merupakan musibah yang begitu besar. Dikutip dari buku Inilah Faktanya karya Dr Utsman bin Muhammad al-Khamis, pada pagi hari Jumat, berkobarlah peperangan antara dua pasukan tersebut. Karena, Al Husain radhiyallahu anhu menolak untuk menyerah kepada Ubaidullah bin Ziyad. Perang ini terjadi antara dua pasukan yang tidak sermbang. Maka, para pengikut Al Husain memandang bahwa percuma saja menghadapi pasukan sebanyak ini. Maka, satu-satunya keinginan mereka adalah mati membela Al Husain bin Ali. Mereka pun gugur satu persatu di hadapan Al Husain, sampai semuanya meninggal. Tidak ada yang tersisa dari mereka kecuali Al Husain dan anaknya yang sedang sakit, Ali bin Al Husain. Hanya tinggal Al Husain radhiyallahu anhu sendirian. Sepanjang siang, tidak ada seorang pun yang berani mendekat ke arahnya, karena mereka takut mendapat petaka bila membunuhnya. Situasi ini terus berlangsung sampai kemudian Syamr bin Dzul Jausyan datang, kemudian berseru “Celakalah kalian! Semoga ibu-ibu kalian kehilangan kalian! Kepung dan bunuh dia!” Mereka pun maju dan mengerubungi Al Husain bin Ali. Al Husain berjuang di tengah-tengah mereka dengan pedangnya, sehingga berhasil membunuh siapa saja yang bisa dibunuh. Hari itu ia seperti binatang buas dalam keberanian. Namun keberanian saja tak cukup mumpuni untuk mengalahkan kuantitas yang banyak. Syamr berseru “Celakalah kalian! Apa yang kalian tunggu? Ayo maju!” Mereka pun maju hingga al-Husain radhiyallahu anhu terbunuh. Baca juga Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar? Orang yang secara langsung menewaskan Al Husain adalah Sinan bin Anas an-Nakhai. Dialah yang memotong kepala Al Husain. Ada yang mengatakan, yang membunuh secara langsung adalah Syamr, semoga Allah Azza wa Jalla membinasakan mereka. Setelah Al Husain radhiyallahu anhu terbunuh, kepalanya dibawa ke hadapan Ubaidullah di Kufah. Sesampainya di sana, Ubaidullah menggosok-gosok kepala al-Husain dengan sebatang kayu seraya memasukkannya ke mulutnya, dan berkata, “Alangkah bagus giginya!” Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata, “Demi Allah, aku akan mendoakan keburukan untukmu! Sungguh, aku melihat sendiri Rasulullah ﷺ mencium mulut Al Husain tempat engkau memasukkan kayumu itu!” Al-Mujamul Kabir Ibrahim an-Nakhai berkata, “Seandainya aku termasuk orang-orang yang ikut dalam pembunuhan Al Husain, kemudian aku dimasukkan ke dalam Surga, niscaya aku akan sangat malu lewat di depan Rasulullah SAW dan wajahku dilihat oleh beliau.” Al-Mujamul Kabir
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Dalam menyikapi para sahabat dan orang shaleh di masa lalu adalah mencari informasi dari jalur yang shahih , untuk itu narasi sejarah jika tidak menampilkan riwayat yang shahih akan mengakibatkan fitnah besar orang orang yang memiliki kedekatan dengan rasul , harus di ingat baik baik bahwa yazid bin muawiyah tidak pernah untuk membunuh Al Husain bin Ali di yang di pimpin oleh Ubaidullah bin Ziyad di kirim oleh Yazid ke daerah khuffah untuk meredam kekacauan di sana, di saat ketika pasukan ini sampai di khuffah posisi Al Husain masih di Makkah dan belum berangkat ke khuffah. Jadi, jika kita sudah memahami bahwa Yazid mengutus Ubaidullah ke khuffah bukan untuk membunuh Al husain. Yang berarti inisiatif untuk membunuh Al Husain adalah inisiatif Ubaidullah sendiri bukan perintah dari Yazid bin Muawiyah. karena jika sasaran Yazid adalah Al Husain tentu saja ia akan mengirim Ubaidullah ke Makkah karena Al Husain berada di disini penulis sudah memahami jika Yazid bin Muawiyah tidak bersalah dalam masalah ini. kemudian mengapa Al Husain berangkat menuju khuffah dengan hanya membawa pengawal yang tidak banyak? Dengan Hanya membawa keluarganya saja sekitar kira kira 73 orang , hal itu karena orang-orang khuffah teralalu memberikan iming-iming kepada Al Husain, orang-orang khuffah di Irak mengira sebenarnya sudah dikenal sebagai orang-orang penuh dengan tipu daya Ali bin Thalib sendiri yang wafat di tangan mereka sehingga ada isu istiliah orang-orang khuffah itu hatinya untuk Ali bin Abi Thalib tetapi pedang-pedang mereka mengahabisi Ali bin Abi Thalib dan keluarganya. orang-orang khuffah memberikan iming-iming kepada Al Husain akan memberikan baiat mereka kepada Al Husain karena mereka tidak suka dengan Yazid, bukan hanya baiat tetapi juga pasukan besar dan juga dukungan yang dari seluruh penduduk irak , mulainya Al Husain tidak langsung percaya kabar itu , maka ia mengirimkan Muslim bin Aqil bin Abi Thalib yaitu sepupu Al Husein menuju ke khfufah untuk melihat keadaan lokasi tersebut, ketika sampai di khuffah muslim menemukan penduduk irak menghendaki Al Husein yang menjadi khalifah, sehingga mereka pun membaitkan Al Husein melalui Muslim bin musisi Al Husein dan muslim sama sekali tidak mengetahui tentang busuknya orang-orang khuffah ini padahal hakikatknya mereka ini lah orang-orang yang paling tidak berpinsip di dalam membela Al Husein, ketika Ubaidullah bin Ziyad di utus oleh yazid bin muawiyah ke khuffah untuk meredakan gejolak di khuffah. malahan, orang-orang khuffah justru ketakutan dan meninggalkan Muslim bin Aqil dengan kira-kira 30 orang pengwalnya , sedangkan di saat itu Ubdaidullah membawa kira-kira mungkin 1000 pasukan , para orang-orang yang katanya mendukung Al Husein justru mereka itu pengecut sejati, mereka meninggalkan Muslim bin Aqil dengan 30 orang pegawalnya, muslim pun di tangkap dan dibunuh oleh harus di ingat kembali, bahwa yang membunuh Muslim bin Aqil adalah inisiatif Ubaidullah itu sendiri bukan perintah Yazid , karena Yazid bin Muawiyah mengutus Ubadiullah ke khuffah untuk meredam gejolak orang-orang khuffah yang sudah ia ketahui seperti apa watak dan sifat mereka , orang-orang khuffah penuh dengan tipu daya dan licik, sekali lagi penulis ingatkan bahwa Ali bin Abi Thalib gugur di tangan mereka yaitu orang-orang khuffah , Al Husein sendiri tidak tahu apa yang terjadi di Khuffah saat itu , ia berangkat menuju Khuffah karena melihat adanya maslahat dengan hadirnya beliau di sana , beliau hanya membawa 73 orang keluarganya saja,hal ini menujukkan bahwa Al Husein percaya kepada orang-orang khuffah yang berjajnji memberikan dukungan baiat kepada mereka Al Husein , para sahabat rasul saat itu masih hidup seperti Sayid Al Khudri dan juga keluarga Nabi seperti Ibnu Abbas , telah memberikan saran kepada Al Husein untuk tidak berangkat ke Khuffah , mereka telah mengingatkan Al Husein bahwa ayahnya Ali bin Abi Thalib , gugur karena orang orang khuffah , namun Al Husein berangkat dengan rasa bimbang akan baik dan buruknya, lalu ketika Al Husein di pertengahan jalan beliau mendapatkan kabar bohong, bahwa Muslim bin aqil telah di bunuh di Khuffah, Al Husein pun sadar keputusannya ke khuffah adalah sesuatu yang salah , namun keluarga muslim mendesak Al Husein , mereka menuntut Al Husein mencari keadilan atas terbunuhnya Muslim bin Aqil, maka Al Husein pun melanjutkan perjalanan menuju khuffah ketika beliau sampai di karbala , beliau bertemu dengan pasukan yang di bawa oleh Ubaidullah bin Ziyad, disana lah pertempuran yang tidak seimbang itu terjadi , dan disni lah tipu daya orang-orang khuffah berulah , ketika mereka mengetahui Al Husein datang menuju Khuffah mereka tidak memberikan sambutan sama sekali dan ketika terjadi pertemuran di karbala , tidak ada satupun batang hidung orang-orang khuffah yang memberikan pertolonga kepada Al Husein , dan dari sinilah penulis paham bahwa orang-orang Syiah itu jahat busuk akan jiwanya , setelah orang-orang Ubaidullah bin Ziyad membunuh Al Husein dan memenggal kepalanya para ahlul bait dan orang-orang yang mengikuti Al Husein , mereka meletakkan Al Husein di dalam suatu bejana , dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam bukhari di nomor 3748, sangat jelas kali bahwa pembunuh Al Husein di karabala adalah pasukan Ubadiullah bin Ziyad , padahal Ubaidullah bin Ziyad adalah pendukung Ali pada perang Shiffin , dan membela ali pada saat itu , tetapi dengan tanganya itulah Al Husein gugur sebagai seorang syekh,meskipun Yazid bin Umaiyyah tidak bersalah di dalam ini, tapi para ulama sejarah menyalahkan yazid dalam satu hal yaitu , beliau tidak menangkap Ubadiullah dan mengkhisos Ubadiullah , padahal dia sudah jelas menyalahi perintah Yazid dan membunuh Al Husein beserta Alul bait bersamanya dengan sangat keji dan melampaui batas, karena itulah banyak orang-orang menuduh hal-hal negatif kepada Yazid bin UmaiyahKira-kira itulah sejarah singkat yang penulis bisa sampaikan semoga dari sini bagi para pembaca bisa mengambil pelajaran bahwa dalam menyikapi dalam suatu hal kita harus mengambil jalur tengah yaitu tidak berlebihan dan juga tidak meremehkan, dan kita juga mengambil jalur yang paling shahih karena itu yang paling aman dari pada bakalan timbul sebuah fitnah di massa yang akan datang. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
nasib pembunuh husain bin ali